Supercoolzz-Dalam beberapa waktu belakangan ini, budaya popular Korea telah
menjadi trend yang mempengaruhi dunia hiburan di berbagai negara di
dunia, termasuk juga di Indonesia. Kehadiran boyband dan girlband di industri musik Indonesia misalnya tidak lepas daripengaruh trend tersebut.
Trend K-Pop ini dikenal dengan istilah Korean Wave (“Hallyu”
dalam bahasa Korea), istilah tersebut dibuat oleh media Cina kurang
dari satu dekade yang lalu saat menanggapi popularitas budaya Korea di
Cina.
Ledakan wabah K-pop berawal dari mulai diekspor nya drama televisi
Korea ke Cina pada tahun 90an, kemudian diikuti oleh populernya film What is Love all about yang disiarkan oleh Cina Central Television Station (CCTV) sekitar tahun 19972). Pada tahun 1999 serial drama Korea lainnya Stars in My Heart
menjadi hit di Taiwan dan Cina. Sejak saat itulah wabah drama Korea
merebak ke negara-negara Asia lainnya seperti Hongkong, Taiwan,
Singapura, hingga ke Indonesia.
Dalam perkembangannya, tidak hanya serial drama Korea saja yang
mewabah, musik Korea pun ikut menjamur di banyak negara, bahkan di Eropa
dan Amerika. Dikenalnya musik Korea (K-Pop) di dunia internasional
ditandai dengan melejitnya penyanyi wanita BoA di Jepang dan Amerika.
Penyanyi yang berdiri dibawah manajemen SM entertaintment ini merilis
album internasionalnya dalam bahasa Inggris pada tahun 2009. Selain BOA,
penyanyi pria, model, artis sekaligus pebisnis Rain juga melejit
namanya di
Amerika pada tahun yang sama. Pria ini bahkan meraih penghargaan dari MTV award setelah membintangi film Ninja Assasin.
Perkembangan K-Pop sendiri sebetulnya tidak lepas dari pengaruh besar Amerika terhadap negara ini, salah satunya adalah melalui channel American Force Korea Network
(AFKN). AFKN menyediakan stasiun TV Amerika bagi personil militer
Amerika yang berada di wilayah Korea. Tentunya para pemuda Korea sendiri
bisa menikmati saluran tersebut. Keberadaan AFKN tersebut lah yang
memperngaruhi budaya pop Korea dengan budaya Amerika, maka tidak heran
jika terdapat nuansa Amerika dalam Korean Pop.
Pengaruh Amerika dalam K-Pop tampak dalam simbolisasi budaya
paganisme, seperti yang dibawa oleh Lady Gaga. Simbolisasi All seing
eye, konsep dewa-dewa kuno mesir, serta penggunaan nama seperti Lucifer,
muncul dalam lirik dan video klip artis-artis K-Pop. Seperti yang kita
ketahui bahwa budaya tersebut sudah lebih dulu menjadi ikon dari
artis-artis Hollywood, salah satunya adalah Lady Gaga.
Sebetulnya jika kita melihat lebih jauh, menjamurnya drama dan musik
Korea pun memiliki pengaruh yang perlu diwaspadai seperti halnya
kewaspadaan terhadap pengaruh Lady Gaga. Roald Maliangkay, dari
Australian National University melakukan sebuah study terhadap
kecenderungan pria Korea, khususnya para artis, untuk berhias seperti
wanita. Gejala ini dikenal dengan istilah “ kkonminam” (Kkot : Bunga minam: Pria cakap ) dalam bahasa Korea.4) Dalam tulisannya yang berjudul The Effeminacy of male beauty in Korea
ia menyatakan bahwa terdapat sebuah gaya mode baru di kalangan pemuda
Korea, diantaranya adalah menggunakan lip gloss, memperindah alis mata
mereka, bahkan menggunakan aksesoris seperti wanita. Maliangkay juga
memasukan Rain kedalam tipe pria Korea yang termasuk kkonminam karena
sering menggunakan aksesoris dan pakaian menyerupai wanita.
Masih dalam tulisan yang sama, Maliangkay berpendapat bahwa kemunculan trend Kkonminam ini
diawali dengan populernya genre komik jepang yaoi di Korea pada tahun
1998. Dalam genre komik asli yaoi. karakter pria digambarkan begitu
lembut dan senstif seperti wanita, bahkan sering didekatkan dengan
homosexualitas.
Pengaruh negara Jepang dan Amerika tampaknya cukup kuat dalam
membentuk budaya K-Pop, hal ini diperkuat oleh pernyataan Thao Emilie
Dhao dari Turku University Aplied Sciences dalam thesis berjudul
Emergence of the Korean Popular Culture in the World. Dhao
mengatakan bahwa Korea Selatan sejak lama dipengaruhi oleh beberapa
negara, diantaranya adalah Cina, Jepang dan Amerika. Dari ketiga negara
tersebut Jepang dan Amerika lah yang mempengaruhi industri hiburan
Korea, sementara Cina lebih banyak memberikan pengaruh ajaran konfusius.
Dalam Thesisnya Dhao disebutkan bahwa faktor yang mendorong
berkembangnya K-Pop adalah Globalisasi dan Media Digital, dari hasil
penelitiannya disebutkan bahwa sebanyak 50% Audience mengetahui budaya
K-Pop dari internet, 26% dari teman, sementara 21% dari TV atau TV
satelit, sisanya sebanyak 3% dari koran. Hal ini menunjukkan besarnya
peran media dalam mempengaruhi perkembangan K-Pop.
Dewasa ini zaman telah memasuki era informasi global dimana setiap
orang bisa mengakses hiburan dari berbagai macam media dengan bebas.
Bukan hanya orang-orang dewasa, kini anak-anak pun sudah terbiasa
mengakses infomasi secara bebas, tentunya hal ini perlu diperhatikan
karena bagaimanapun media memiliki efek baik dan buruk. Budaya
paganisme, homoseksual, serta pengaruh buruk lainnya yang terkandung
dalam dunia hiburan tidak cukup hanya diwaspadai melalui konser-konser
artis luar negeri saja, melainkan juga perlu ada proses pendampingan
yang baik bagi generasi muda dalam mengakses hiburan melalui media.
[teguh sarwono/islampos/jalandakwah]
Rep : Edward Nusantara
Red : Khansa Salsabillah
Red : Khansa Salsabillah
sumber